seumpama radio lama,
hanya kedengaran suaranya apabila frekuensinya dilaraskan,
maka berbunyilah irama,
sedih, gembira, rancak, mendatar teralun.
Namun,
diri ini tetap tidak berbunyi,
bukan sembarangan orang boleh melaraskan frekuensinya,
berdiam diri lebih diminati,
kerna bimbang tercalar perasaannya
dengan irama lantunan frekuensi,
yang berbeza sumbernya.
Dia,
mungkin hampir berjaya melaraskan frekuensiku,
dengan hanya satu perkataannya,
bisa membuatkan hatiku menangis dalam sendu,
bisa membuatkan hatiku melonjak riang gembira,
bisa mencalar perasaanku,
bisa mengubatinya kembali dengan tawa,
dirinya memberi inspirasi dalam hidupku,
dia,
terlalu bernilai untuk disisihkan,
kerna bisa melembutkan kekerasan hati ini,
bisa mengingatkan hati kepadaNya dengan aman,
namun kini,
kami terpisah dengan perbezaan geografi
aku mula merindui saat2 bersama dia..
dialah..
sahabatku..
Ya Allah, kau permudahkanlah kehidupannya sekeluarga..
tetapkanlah hati2 kami di jalanMu..
tetapkanlah hati2 kami di jalanMu..
bukanlah terlalu ingin mengagungkan dirinya.. tidak, hanya ingin menghargai kehadiran mereka, "sahabat2ku"..
ReplyDelete